Puasa bukan hanya rituai tahunan yang dilakukan selama satu bulan penuh, tetapi bagaiman makna sosial puasa dapat berkelanjutan. Seperti menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia MUI periode 2014-2015, Din Syamsuddin, menyatakan bahwa “perbedaan faham tentang awal masuk Ramadhan dan Syawal merupakan sesuatu yang masuk dalam wilayah toleransi sehingga tidak perlu dibesar-besarkan dan diperdebatkan”. Hal ini terjadi karena munculnya berbagai spekulasi yan terjadi di masyarakat atas peredaan awal puasa tersebut, sehingga MUI menjelakan ini telah masuk ranah toleransi. Perbedaan penentuan awal puasa terjadi karena perbedaan metode yang di gunakan, satu menggunakan rukyat (melihat bulan) dan satunya menggunakan hisab (perhitungan). Pada kelompok pertama merupaka kelompok rukyat, yang dimaksut rukyat ialah melihat hilal secara fisik. Hal ini berdasarkan Rasululah SAW dan para sahabat yang selalu melihat hilal untuk menentukan awal dan akhir ramadhan, kelompok pertama ini dimotori oleh NU dan biasanya awal puasa akan sama dengan yan ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan pada kelompok kedua yaitu kelompok hisab, kelompok ini menafsirkan rukyat dengan rukyat bil’ilmi (melihat dengan ilmu). Metode hisab menggnakan perhitungan astronomi yang dapa melihat posisi bulan pada waktu tertentu. Metode hisab sendiri terdapat dalam Qur’an Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu).Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (ke- besaran-Nya ) kepada orang-orang yang meng- etahui” (Q.S Yunus: 5). Kelompok kedua ini di motori oleh Muhammadiyah.
Dalam peristiwa sosiologi keagamaan, para sosiolog berusaha mendefinisikan agama sebagai objek kajian. Suatu obje kajian merupakan hal yang penting dalam tradisi ilmu pengetahuan modern, hal tersebut agar objek kajian fokus dan ielas, Menurut Durkheim fungsi soiologi agama adalah; agama memberikan makna kehidupan untuk masyarakat. Agam memberikan figur otoritatif yang menjadi rujukan moral bagi anggota masyarakat. Figur otoritatif ini tersedia dalam organiasi keagamaan (Durkheim menyebutnya gereja). Preferensi keagamaan merupakan konsepsi yang dipilih tentang hakikat supranatural terkait dengan makna, tujuan dan asal kehidupan. Preferensi ini mendorong seseorang untuk terlibat di dalam ruang keagamaan seperti memotivasi untuk menjadi raat beragama, ikut serta dalam kegiatan keagamaan di ruang publik, serta berafiliasi dengan organisasi keagamaan. Keyakinan keagamaan, ritual dan moralitas membentuk dan melanggengkan komunitas kegamaan. Karena itu, sosiologi menaruh perhatian terhadap fenomena keagamaan di masyarakat. Terdapat dua alasan utam mendasari perhatian sosiologi tersebut. Pertama, agama sangatlah penting bagi banyak masyarakat. Kedua, antara agama dan masyarakat saling mempengaruhi. Bentuk or- ganisasi keagamaan, simbolisme keagamaan di anvak komunitas keagamaan di pengaruhi oleh perkembangan masyarakat.
Dari permasalahan diatas yang terjadi perbedaan awal pelaksanaan puasa ramadhan dengan penggunaan metode rukyat dan hisab, bila kita memusatkan pehatian pada metode yang digunakan dalm penentuan awal puasa ra- madhan dan mengapa menggunakan metode tersebut, maka hal tersebut merupakan perspektif mikro dalam sosiologi, yang berati sosiologi mengkajf interaksi dan tindakan sosial para actor keagamaan di masyarakat. Selain itu, hal lainnya di tingkat mikro seperti dalam proses sosioalisasi keagamaan yang melibatkan para aktor sosial di dalamnya menjadi objek studi sosiologi agama. Hal ini dikarenaka dari dua meode tersebu mereka sama-sama melihat dari Rasulullah SAW atau para rawi. Sedangkan jika kita menekankan penjelasan tentang pengaruh organisasi atau kelompok keagamaan dalam mempengaruhi tindakan masyarakat, maka kita menggunakan perspektif meso yang berarti sosiologi mengkaji organisasi-organisasi keagamaan yang menggambarkan sistem atau struktur sosial keagamaan masyarakat, tapi juga menjadi tempat para aktor keagamaan melakukan tindakan sosial keagamaan didalamnya. Organisasi di level meso ini sperti yang terlihat pada konsepsi organisasi keagamaan denominasi, eklesia, atau sekte. Hal ini karena campur tangan organisasi keagamaan dalam pengambilan keputusan pelaksanaan awal ramadhan, seperti salah Satu Contohnya adalah fatwa MUI No. 2 Tahun 2004 yang digunakan sebagai rujukan pelaksanaan rukyat dan hisab. Lalu siding isbat yang dilakukan guna menetap- kan awal ramadhan dlakukan oleh KEMENAG, MUI, DPR RI dan lainnya, hal tersebut berper-an sebagai organisasi dan para aktor keagamaan yang melakukan suatu tindakan.
Puasa bukan hanya mengenai kewajiban yang harus dilakukan oleh penganut agama islam, bukan hanya menahan haus, dan lapar. Tetapi bagaiman kita dapat berpuasa dengan bnar secara agama dan memberikan manfaat secara sosiologis adalah tujuan utamanya. Seperti pengertian secara umum sosiologi yang mengkaji in- teraksi manusia dengan manusia lain atau dengan kelompok. Sala satu tujuan dan makna ibadah puasa adalah menciptakan manusia atau pribadi yang bertakwa, yakni secara individu atau sosial. Kesalehan individu dalam berpuasa dimana setiap individu menjalankan shalat, zakat, sedekah, haji dan lainnya. Sedangkan dalam sosial, dimana setiap ibadah yang dilakukan oleh individu harus memiliki dampak positif atau memberikan manfaat bagi diri sendiri atau juga lingkungan rnasyarakat. Bukan hanya puasa, tapi organisasi keagamaan yang memiliki peran penting di kehidupan masyarakat islam juga harus memiliki dampak dan manfaat yang positif untuk anggota dan lingkungan masyarakat. Organisasi yang serng disebut sebagai salah satu wajah agama menjadkannya sering dikaitkan dalam setiap tindak tanduk vang dilakukan anggotanya. Hal ini membuat setiap organisasi keagamaan harus memiliki cara dan misi dalam pelaksanaan tugas sosial tapi tidak menyalahi aturan agama.
Organisasi keagamaan merupakan wadah bagi indivudu yang memiliki visi atau misi yan sama satu sama lain untuk meniptaka masyarakat yang lebih baik. Analisis Sosiologi khususnya mengenai peristiwa sosial keagamaan dalam masyarakat dapat membantu penemuan titik-titik masalah yang terkait dengan agama di masyarakat yang dapa mengganggu kerukunan sosial (menurut perspektif order). Kerangka fikir inilah yng memiliki arti penting dalam sosiologi agama. Sosiologi agama yang mengkaji pengaruh hubungan antara agama dan masyarkat. Analisis dan perspektif sosiologi tentang agama di dalam masyarakat bisa membantu memahami masalah yang terjadi di masyarakat. Begitu juga, sosiologi dapa memberikan penawaran solusi untuk pemecahan masalah tersebut. Hanya saja, yang perlu ditekankan disini adalah sosiologi tetaplah ilmu yang mengkaji masyarakat manusianya bukan agamanya. Sosiologi dapat mengkaji manusia yang meyakini, mempercayai serta mempraktekannya, serta dampak apa yang ditimbulkan dari keyakinan dan praktek keagamaan yang dipercayai tersebut sebagai kehidupan sosial.
Penulis : Dini ayu fitriani