Dok. Ist |
Manusia yang satu berbeda dengan manusia yang lain, dimana tiap orang memiliki kepalanya masing-masing, sehingga dalam hal ini melahirkan karakteristik atau ciri khas tersendiri setiap individu. Seperti kita ketahui banyak diantara kita yang identik akan suatu hal yang melekat pada diri kita, misalnya seseorang terkenal akan sisi pemalu, penyendiri atau pemarah dan semacamnya. Manusia memang makhluk yang sangat unik dan berbeda, mereka memiliki kemampuan berfikir yang sangat luar biasa. Melihat tingkah laku yang ditimbulkan oleh manusia antara yang satu dengan yang lain dan bersifat kompleks. Untuk memahami kepribadian kita perlu mengapresiasi setiap tingkah laku yang berbeda.
Kepribadian (personalitiy) secara umum adalah keseluruhan sikap, perasaan, dan perilaku seseorang tentang kualitas tingkah laku manusia. Sedangkan menurut Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu aspek fisik dan psikis yang menjadi suatu struktur sekaligus proses. Maksudnya, kepribadian dapat berubah secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan. Kita sering mengenal kepribadian seseorang terdiri dari dua macam yaitu introvert dan ekstrovert.
Faktor-faktor yang menjadi penentu kepribadian seseorang ada dua yaitu faktor genetika dan lingkungan. Faktor genetik berasal dari dalam individu atau internal seperti bawaan gen orang tua. Terbentuk dari 23 kromosom ibu dan 23 kromosom dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat fsik dan psikis manusia atau yang menentukan potensi keturunannya.
Faktor eksternal atau berasal dari lingkungan dapat dipengaruhi oleh keluarga, sekolah dan kebudayaan setempat. Sebagai penentu kepribadian seseorang keluarga menjadi faktor penting karena kelompok sosial pertama dan anak banyak menghabiskan waktunya bersama keluarganya. Di samping itu keluarga merupakan wadah bagi anak untuk mengembangkan dirinya melalui pola asuh orang tua seperti perlakuan dan perawatan yang baik. Suasana keluarga yang mendukung bagi perkembangan manusia yang harmonis dan agamis maka kepribadian anak cenderung positif dan sehat (wellajustment). Sebaliknya, apabila anak dibesarkan dalam keluarga yang broken home, maka kepribadian anak menjadi kurang baik serta mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya (maladjustment).
Lingkungan sekolah juga menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kepribadian manusia. Dilihat dari kondisi emosional kelas seperti guru terhadap murid dapat memberikan dampak positif atau negatif. Selanjutnya kebudayaan dapat meregulasi (mengatur) kehidupan kita dari masa kita lahir sampai mati, baik disadari atau tidak. Kebudayaan mempengaruhi seseorang untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang berkembang di daerah setempat. Pola tingkah laku masyarakat dapat memberikan pengaruh seperti bagaimana cara kita berfikir, bersikap atau berperilaku sehingga memunculkan gaya hidup (life style) tertentu di setiap daerah.
Secara filosifis, kepribadian yang dimiliki setiap orang adalah sesuatu yang dapat dibedakan dengan pribadi yang lainnya. Untuk itu dalam memandang individu satu dengan yang lainnya pasti akan menemukan ketidaksamaan diantara keduanya. Sifat setiap individu dengan yang lain sangatlah beragam tapi kita bisa mengetahui dengan cara mengikuti tes kepribadian yang sudah diakui secara validitas dan realibilitasnya. Supaya bisa mengetahui kepribadian seseorang kita perlu mendatangi orang yang lebih ahli seperti psikolog atau pakar khusus dibidang kepribadian yang mempunyai akses izin resmi legalitasnya.
Dalam mengenal kepribadian manusia tentunya tidak bisa dilihat secara kasat mata hanya karena persepsi kita semata. Struktur kepribadian manusia sangat kompleks dan untuk mengetahuinya perlu datang kepada ahli. Pada saat mengenali kepribadian pun tidak sekedar melakukan serangkaian tes yang telah disediakan oleh ahli. Tetapi juga akan ada wawancara dan observasi dari sang ahli seperti psikolog. Pada dasarnya mengenal kepribadian tidak terlalu sulit, hanya memerlukan ketelitian dan tidak terburu-buru dalam memutuskan watak serta karakter seseorang. Perlu diketahui yang terpenting tidak mendiagnosis diri sendiri atas berbagai persepsi yang bisa muncul pada setiap orang. Wallahu ‘alamu bi al-shawwab
Penulis: Jauharotul Azmi, Mahasantri A'18