dok. pint |
Berbicara mengenai perempuan tidak akan ada habisnya, termasuk pendidikannya. Pada zaman modern ini masih ada saja oknum yang meremehkan pendidikan bagi perempuan. Pertanyaan semacam tujuan perempuan berpendidikan tinggi masih kerap diajukan. Terutama pada masyarakat desa yang masih konvensional terhadap suatu adat kebiasaan dimana pada akhirnya perempuan akan berada pada posisi 3M, yaitu masak, macak dan manak yang artinya memasak, berdandan, dan memberikan keturunan.
Anak perempuan di pedesaan, terutama di pelosok
negeri masih kerap menjadi korban pernikahan dini sebab dijodohkan oleh
orang tuanya. Hal tersebut biasanya dilakukan karena faktor keterbatasan
finansial orang tua. Anak perempuan harus menjadi “ganti” untuk membayar
hutang. Pendidikan bagi mereka tidaklah begitu penting hingga lulus SD atau SMP
saja sudah dainggap cukup. Selebihnya mereka akan bahagia ketika anak
perempuannya menikah dengan seorang laki-laki yang kaya dan mampu
melindunginya, sekalipun sebagai istri kedua.
Perempuan berpendidikan tinggi juga dianggap akan sulit
mendapatkan jodoh. Padahal faktanya, kedua hal tersebut tidak ada
kaitannya. Jodoh merupakan sesuatu yang sudah ditetapkan Tuhan dan tertulis
di Lauhul Mahfudz. Sedangkan Pendidikan merupakan suatu keharusan. Sebab
seorang perempuan yang berpendidikan akan mempengaruhi masa depan suatu
bangsa. Namun tidak menutup mata pula bahwa di luar sana masih ada manusia
yang mencoba mengingkari kelebihan yang ada pada perempuan. Seperti
halnya budaya patriarki yang masih terjadi di negari ini. Dominansi laki-laki
amat terlihat di dunia kerja dan usaha sehingga perempuan seringkali
dianggap remeh.
BACA JUGA: Daring dan Self Healing
Mengutip perkataan seorang aktris yang gencar
memotivasi perempuan, Dian Sastrowardoyo. Entah akan berkarir atau menjadi ibu
rumah tangga, seorang perempuan wajib berpendidikan tinggi karena ia akan
menjadi ibu. Maka dari itu, sejatinya perempuan memiliki potensi yang luar
biasa, perempuan memiliki akal untuk berpikir dan raga yang bebas bergerak
dalam ruang dan waktu. Setidaknya ada empat peran yang menyelimuti
kehidupan perempuan, yaitu menjadi seorang anak, istri, ibu, serta anggota
masyarakat. Bagi perempuan yang belum menikah, dapat memaksimalkan perannya sebagai
anak dan anggota masyarakat. Kemudian seiring berjalannya waktu
perempuan perlu dan harus mempersiapkan diri agar kelak menjadi istri dan
ibu yang baik. Sebab seorang ibulah yang akan menjadi sekolah pertama bagi
anak-anaknya. Anak akan mendapat pendidikan seperti apa tergantung pada
ibunya, serta kelak akan menentukan arah juang dan masa depan bangsanya.
Tanpa perempuan yang baik dan pandai tidak akan lahir pula generasi yang
lebih baik.
Dalam agama sendiri, perempuan diberikan hak yang sama dengan laki-laki dalam pengabdian kepada agama, negara, maupun bangsa. Perlu diingat pula bahwa perempuan merupakan tiang agama. Apabila perempuan baik maka negara pun juga ikut baik, namun sebaliknya, apabila perempuannya bobrok maka negara juga akan bobrok. Oleh karena itu, sebagai perempuan haruslah berpendidikan sehingga kehadirannya selalu dinantikan keluarga dan kiprahnya selalu didambakan dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, dan berbangsa.
Penulis: Fitria Soefiyani
Mahasantri PPBI 2018, Mahasiswa Prodi KPI UIN Walisongo