Suasana
sore hari memang sangat menentramkan. Sore itu, Gus Yus memilih menyibukkan
diri dengan menyirami sayuran di pekarangan rumahnya. Lamanya musibah pandemi
Covid-19, memang menjadikan Gus Yus lebih rajin merawat sayurannya.
Sesaat
kemudian, Wahid datang menyapa Gus Yus lalu duduk di pelataran belakang rumah
Gus Yus. Kalau Wahid datang, Gus Yus sudah bisa menebak maksud kedatangannya,
yaitu ngobrol ngalor ngidul tentang macam-macam hal.
“Gus, saya
tuh bosen deh shalat terus”, celetuk Wahid memulai percakapannya.
Gus Yus
hanya tersenyum tipis mendengar celetukan tersebut dan kembali menyiram tanaman
cabai yang mulai berbunga.
“Kenapa
sih, shalat itu harus setiap hari? Kenapa gak digabung aja dalam satu hari aja,
hari Jum’at kek? Satu hari aja itu harus dibagi-bagi jadi lima waktu. Kenapa
gak satu waktu aja, biar ringkas?”, Wahid nampaknya memang sedang ingin ngobrol
dengan Gus Yus sampai-sampai melontarkan
pertanyaan sebanyak itu.
Gus Yus pun
terpaksa menyudahi aktivitasnya untuk kemudian bergabung dengan Wahid.
“Kamu itu
ada-ada aja, Hid.”
“Lho iya
to, Gus. Kenapa sih Allah itu mengatur shalat kita harus lima waktu setiap
hari?”
Gus Yus
lalu mencoba menjelaskan.
“Jadi gini,
Allah sama Nabi Muhammad itu pengin kita bisa mengendalikan waktu. Bukan kita
yang dikendalikan waktu. Orang yang sukses itu orang yang berhasil mengendalikan
waktu. Sebaliknya, orang yang gagal itu ya yang dikendalikan oleh
waktu.”
Baca juga: Puasa, Alternatif Imunitas Tubuh di Tengah Pandemi
“Dikendalikan
waktu gimana maksudnya, Gus?”, tanya Wahid kebingungan.
“Kamu
paling sering denger orang yang bilang gini: ‘ah udah gak kerasa ya udah kuliah
aja, ah gak kerasa ya udah nikah, ah gak kerasa ya tiba-tiba udah punya anak
aja’. Orang-orang itu bisa saja ngomong
seperti itu karena kurang mengisi hal-hal yang
bermanfaat dalam hidupnya. Sehingga waktu berjalan terasa cepat, tanpa disadarinya,” lanjut Gus
Yus.
“Terus
gimana caranya kita bisa mengendalikan waktu, Gus? Apa harus belajar sama Avatar, hehe?”, Wahid menimpali jawaban
dari Gus Yus dengan wajah cengengesan tapi juga serius dengan pertanyaannya.
Aneh memang kalau dideskripsikan.
“Lawakanmu
ra lucu blas, Hid”.
Wahid hanya
kembali memasang wajah cengengesan.
“Pengendalian
terbaik atas waktu itu dengan menyadari pergerakan waktu. Bukan waktu dibiarkan
begitu saja berlalu lewat begitu aja. Kan Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah
ngomong ‘Hiduplah kamu seolah-olah besok kamu akan mati’. Sehingga dengan
begitu kamu akan menyadari pergerakan waktu, mengisinya dengan hal-hal
bermanfaat, dan menghargainya dengan baik.”
“Kalau dalam
Islam itu disebut waktu yang berkah. Dimana satu yang berkah ini lebih baik
daripada satu tahun yang tidak berkah atau bahkan sia-sia. Makanya, kita itu juga harus berdo’a meminta umur yang
berkah, bukan hanya umur yang panjang. Kalau umur panjang tapi tidak berkah
buat apa coba?”, Gus Yus menjelaskan.
“Iya juga
ya”, sambut Wahid disertai anggukan kepalanya.
“Kamu toh
juga sering nulis di koran-koran, harusnya bisa juga belajar keberkahan waktu
dari tokoh-tokoh Islam yang suka menulis juga.”
“Gimana tuh
maksudnya, Gus?”, tanya Wahid belum mengerti maksud Gus Yus.
“Ulama-ulama
terdahulu seperti Imam Ghazali bisa menyelesaikan ribuan lembar karya, puluhan
buku yang beberapa diantaranya berjilid-jilid. Bahkan nih ya, Al-Funun, kitab
karya Imam Ibnu Aqil, menjadi karya terpanjang di dunia dengan jumlah jilid sampai 800. Ibnu Sina juga menulis 450
buku”, tutur Gus Yus.
“Wah, ngeri
yah, Gus. Saya aja nulis artikel yang cuma dua lembar butuh berhari-hari.
Itupun udah dibantu Google buat cari referensinya, hehehe…”, kata Wahid.
“Kok bisa
gitu ya, Gus. Apa yang membedakan waktu zaman dulu dengan zaman sekarang? Padahal
kan sama-sama satu hari 24 jam, apalagi kini banyak teknologi canggih?”, tanya
Wahid begitu penasaran.
Baca juga: New Normal di Pesantren
“Nah itu
jawabannya nyambung sama pertanyaan awalmu tadi. Yang membedakan itu adanya
keberkahan waktu. Mereka mampu me-manage waktu dengan baik. Salah satu caranya
ya dengan shalat tepat waktu. Melalui shalat, Allah dan Nabi-Nya menyelipkan hikmah
agar kita bisa mengendalikan waktu”, jawab Gus Yus.
“Tapi Gus,
teman saya rajin shalat di awal waktu. Akan tetapi dia sering terlambat
ngumpulin tugas kuliah, terlambat datang
ke kampus, dan sebagainya. Gimana tuh, Gus?”
“Ya yang
shalat dan gak masuk surga juga ada. Karena shalat bukan hanya dijalankan, tapi
juga ditegakkan. Kalau hanya menjalankan shalat, itu namanya ‘yoga bersyariah’”.
Wahid dan Gus
Yus kompak tertawa.
Diadaptasi dari Ceramah Habib Ja'far Al-Hadar