Dalam kitab Alf Qisshah wa Qisshah karya Hani al-Hajj diceriakan ada seorang wanita dermawan memberi seekor kambing kepada Lukman Hakim dan memintanya untuk disembelihkan. Ia berpesan untuk memberikan bagian terburuk dari kambing tersebut. Setelah menyembelih, ia memberikan hati dan lidahnya kepada wanita itu.
Beberapa hari kemudian wanita itu datang lagi dan memberi satu ekor kambing untuk disembelih. Kali ini dia berpesan untuk memberi bagian terbaik dari kambing itu. Lukman juga memberi hati dan lidah kepada wanita itu.
Wanita itu keheranan dan bertanya, “Aku memerintahkan untuk memberi daging yang paling baik, lalu engkau mengeluarkan hati dan lidah. Saat aku perintahkan engkau untuk memberi daging yang paling buruk, engkaupun mengeluarkan hal yang sama, mengapa engkau lakukan itu?”
Lukman menjawab, “Sungguh, tidak ada sesuatu pun yang lebih baik dari hati dan lidah bila keduanya baik. Dan tidak ada sesuatu pun yang lebih buruk dari hati dan lidah bila keduanya buruk”.
Pokok kebaikan
Allah telah memerintahkan manusia untuk selalu berbuat kebaikan. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk berbuat kebaikan. Berbuat kebaikan tidak selalu berjalan dengan mulus. Karena disisi lain, Setan juga selalu menggoda manusia untuk melakukan keburukan dan melanggar perintah Allah SWT. Berbicara mengenai kebaikan dan keburukan, hati adalah pokok dari kebaikan sekaligus keburukan. Karena dari hati inilah sumber segala perbuatan manusia berasal.
Di sisi lain, lisan atau lidah juga menjadi alat untuk menebar kebaikan dan keburukan yang sumbernya adalah hati. Berdasarkan cerita dari Lukman Hakim, Robingun Suyud El Syam dalam bukunya “Inspirasi Dakwah” mengatakan bahwa hati dan lidah merupakan dua mata pedang yang sama tajamnya. Jika keduanya dalam keadaan baik, maka baiklah manusia itu.
Sebaliknya, jika keduanya dalam keadaan jelek, maka buruknya manusia itu. Hal ini selaras dengan informasi dari Nabi Muhammad SAW bahwa, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kita Sebagai manusia yang beriman dan meyakini bahwa Islam sebagai pedoman hidup, harus pandai-pandai dalam menjaga hati dan lisan kita. Karena hati dan lisan yang tidak terjaga dengan baik akan menimbulkan bahaya bagi orang lain. Baik itu bahaya yang berhubungan dengan kehidupan sosial seperti berakhlak dengan manusia ataupun bahaya yang berhubungan dengan persoalan ukhrowi.
Salah satu bahaya lisan dikehidupan nyata yang sudah menjadi hal wajar dan kebiasaan adalah menggunjing. Menggunjing merupakan perbuatan tercela. Menggunjing ini dapat menyebabkan terlanggarnya kehormatan, keselamatan hati dan ketenangan di masyarakat.
Perbuatan menggunjing, merupakan salah satu dosa besar yang membinasakan, merusak agama para pelakunya, baik sebagai pelaku ataupun orang yang rela ketika mendengarkannya.
Allah telah memperingatkan kita untuk tidak menggunjing, karena diumpamakan seperti orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Selain itu contoh bahaya hati misalnya Riya. Sadar atau tidak kita sering melakukan riya.
Seorang muslim memang senantiasa dianjurkan untuk berbuat baik dan menolong sesama akan tetapi seseorang yang berbuat baik hanya untuk pamer atau menunjukkannya pada orang lain dan merasa bangga dengan hal itu adalah termasuk orang yang riya.
Menjadi pribadi muslim yang baik harus dimulai dari menjaga hati dan lidah kita. Menjaga lidah disebut juga hifzhul-lisân. Lidah itu sendiri merupakan anggota badan yang benar-benar perlu dijaga dan dikendalikan. Lidah memiliki fungsi sebagai penerjemah dan pengungkap isi hati.
Oleh karena itu, setelah Nabi Muhammad SAW memerintahkan seseorang beristiqomah dalam melakukan kebaikan, kemudian mewasiatkan pula untuk menjaga lisan. Keterjagaan dan lurusnya lidah sangat berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang.
Di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Mâlik , dari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, ia tidak akan masuk surga”.
Allah SWT mengingatkan manusia untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan. Termasuk didalamnya mengingatkan sesama apabila ada yang salah dalam menggunakan hati dan lidahnya. Kalau hati dan lidah kita terjaga dengan baik, maka dari keduanya akan memberikan kebaikan. Mari hiasi langkah kita dengan kebaikan agar hidup ini menjadi berkah dan dan bermanfaat. Wallahu alam bil al-shawab.
Penulis: A'tourrohman
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang
LABEL:
Tausiah