Gambar: harnas.co |
Dewasa ini seiring perkembangan teknologi yang kian canggih diiringi dengan masuknya budaya asing atau biasa kita sebut westernisasi , nilai-nilai budaya local atau local wisdom kini seolah-olah kian luntur dan tenggelam dimasyarakat. Kecenderungan ini ditandai dengan adanya perubahan dalam kehidupan masyarakat itu sendiri,mulai dari gaya hidup, baik sosial, politik maupun hukum yang kini lebih cenderung mengarah terhadap budaya asing.
Salah seorang budayawan Acil Bimbo mengatakan dalam diskusinya yang bertajuk “Budayawan Ditengah Arus Zaman”senin (2/11) di Bale Rumawat Universitas Padjajaran. Beliau mengatakan secara gamblang, masyarakat kita saat ini tengah mengalami kerusakan dari sisi budaya. Yang lebih dominan muncul saat ini adalah karakter Egois,Individualis, Konsumtif,kehilangan Nasionalisme, krisis kreatif dalam berseni.Nilai-nilai Budaya semakin tergeser,ucap pendiri Bandung spirit ini.
Indonesia dikenal akan kebudayaanya, dari Sabang hingga Merauke banyak sekali kebudayaannya yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas masing-masing dari setiap wilayah. Oleh karena itu budaya local tentunya harus tetap dilestarikan. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Ki hajar Dewantara mengemukakan pendapatnya mengenai kebudayaan, bahwasanya budaya itu merupakan hasil perjuangan masyarakat baik terhadap alam maupun terhadap zaman yang membuktikan kemakmuran dan kejayaan masyarakat ketika menghadapi keadaan sulit dan menghadapi rintangan.
Peradaban Budaya asing yang berkembang begitu cepat menjadi salah satu tantangan bagi budaya local, masyarakat kini tentunya lebih condong terhadap budaya asing karena budaya asing dinilai sebagai budaya yang Ngetrend atau kekinian istilah kerenya yaitu Kidszaman Now, dengan masuknya budaya asing yang dinilai kekinian ini masyarakat tentunya beranggapan bahwasanya budaya lokal itu seolah-olah dinilai sebagai budaya yang jadul atau ketinggalan zaman sehingga masyarakat enggan untuk melestarikan budaya yang sejatinya lahir dari bangsanya sendiri.
Jawa adalah salah satu pulau di Indonesia yang memiliki berbagai macam kebudayaan yang beraneka ragam bentuknya, baik itu bahasa yang digunakan setiap daerah,kesenian, maupun adat-istiadat lainya. Jawa juga termasuk pulau yang cukup besar Setidaknya 40,06% dari penduduk Indonesia merupakan etnis jawa, bahasa yang digunakan sehari-hari sebagian besar yaitu bahasa jawa, dalam sebuah survey yang diadakan oleh majalah tempo pada awal dasawarsa 1960-an, hanya sekitar 42% saja penduduk jawa yang menggunakan bahasa jawa dalam bertutur sehari-hari dan sekiitar 28% menggunakan bahasa jawa campuran dengan bahasa Indonesia, dan selebihnya menggunakan bahasa jawa saja.
Budaya Jawa merupakan salah satu warisan nenek moyang yang muncul dari hasil cipta, rasa, karya, dan karsa masyarakat itu sendiri, kebudayaan jawa sudah muncul sejak zaman kerajaan dahulu yaitu masa kerajaan Kutai yang ditandai dengan adanya prasasti-prasasti atau yupa, itu menandakan bahwasanya pada zaman tersebut peradaban budaya sudah muncul. Kebudayaan jawa tentunya mengalami perdaban dan terus berkembang, perkembangan itu diawali dengan masuknya Walisongo yang merupakan salah satu pelopor yang mengembangkan kebudayaan jawa dengan menaruh bumbu-bumbu keislaman didalamnya dimana pada waktu itu masyarakat masih lengket dengan budaya-budaya Hindu dan Budha.
Dengan masuknya walisongo kepulau jawa inilah mereka menyebarkan ajaran agama islam salah satunya yaitu dengan memasukan bumbu-bumbu keislaman yang dituangkan dalam kebudayaan masyarakat pada waktu itu. Akan tetapi seperti sekarang ini budaya-budaya warisan nenek moyang itu justru perlahan-lahan tenggelam karena dari masyarakatnya sendiri kurang peduli melestarikan kearifan local, akibatnya kebudayaan tersebut diklaim bahkan diakui oleh Negara lain. Sebagai contoh yaitu kebudayaan Reog Ponorogo, Kuda Lumping, Wayang, Gamelan, bahkan tari-tarian, budaya tersebut diklaim oleh Negara Malaysia. Mirisnya bukan hanya satu budaya saja yang diklaim,akan tetatpi berbagai ragam budaya. Lantas apa yang akan kita lakukan setelah semua itu terjadi? Kita sebagai pewaris budaya tentuya tidak bisa tinggal diam melihat warisan nenek moyangnya itu diklaim Negara lain.
Lunturnya budaya lokal ini terjadi karena budaya bangsa yang kian terasingkan dan terkontaminasi oleh budaya asing sehingga Negara ini kehilangan arah dalam mengimbangi peradaban budaya asing yang masuk kedalam budaya local itu. Dahulu kondisi itu belum separah zaman sekarang sbelum masuknya budaya asing, nilai-nilai religious, nilai-nilai budaya dalam masyarakat masih terjaga dan dipatuhi dengan baik, namun setelah masuknya budaya-budaya barat ke Negara ini hal tersebut mulai luntur perlahan-lahan. Nilai-nilai religious tidak dierdulikan, banyak remaja dengan bangganya membuka auratnya seperti halnya orang-orang bule, ditambah lagi dengan adanya pergaulan bebas dan tawuran antar pelajar yang kian menjadi.
Koordinator IndoWYN Lenny Hidayat, Program Specialist Unesco Office, Jakarta, Masanori Nagaoka, dan Wakil Koordinator IndoWYN Hindra Liu, pada jumpa pers Pelatihan dan Pendidikan Warisan Budaya untuk Kaum Muda Indonesia. Rabu (26/11) di Jakarta, mengatakan bahwasanya generasi muda saat ini kurang peduli dan bangga untuk melestarikan kebudayaan bangsanya sendiri . minat mereka kurang untuk mempelajarinya. Mereka justru lebih tertarik untuk belajar kebudayaan asig. Salah satu fakktor penyebabnya adalah kurangnya informasi kekayaan yang dimiliki Indonesia.
Padahal Indonesia memiliiki tujuh warisan budaya dan tiga diantarannya merupakan warisan dunia.
Indonesia sebenarnya merupakan Negara yang kaya akan Budayanya, dari setiap sudut wilayah pasti memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas tersendiri. Kearifan local tersebut merupakan salah satu kelebihan bangsa Indonesia yang sudah sepatutnya untuk kita banggakan dan lestarikan, kita perlu menjadikan kebudayaan tersebut sebagai ciri khas kita dari Negara lain, Lantas siapa lagi kalau bukan masyarakatnya sendiri yang menjaga dan melestarikanya.
Nilai-nilai budaya tersebut seharusnya terus dilestarikan dan dijaga dengan baik, misalnya saja nilai budaya tersebut bisa ditanamkan kepada anak-anak usia dini maupun remaja yang merupakan pewaris budaya bangsa, yaitu dengan menjadikan kebudayaan itu sebagai salah satu mata pelajarann disekolahnya atau juga dijadikan sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler sekolah sehingga bukan hanya sebagai pelajaran saja akan tetapi perlu adanya praktek sebagai wujud melestarikan budaya bangsa. Atau juga dari masyarakat bisa mengadakan event-event yang bertajuk kebudayaan festival budaya misalkan dan sejenisnya.
Kita sebagai bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya sudah sepatutnya bangga dan melestarikan budaya-budaya bangsa kita sendiri karena kebudayaan itu lahir dari masyarakat itu sendiri, lalu siapa lagi yang akan menjaga dan melestarikanya kalau bukan kita sebagai masyarakat Indonesia?
Penulis: Syafiq Niami
Mahasiswa Jurusan Ilmu Al- Quran dan Tafsir UIN Walisongo
LABEL:
Artikel